Wednesday, September 20, 2023

Warga Rempang Batal Direlokasi ke Pulau Galang

Warga Rempang Batal Direlokasi ke Pulau Galang, Bahlil Beberkan Opsi Pabrik Xinyi 

Rabu, 20 September 2023

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa pemerintah tidak akan merelokasi warga Pulau Rempang ke Pulau Galang.  Bahlil menuturkan, warga lokal yang terkena dampak dari rencana investasi produsen kaca asal China, Xinyi Group, hanya akan digeser ke daerah lain yang masih dalam satu kawasan Pulau Rempang. 

“Itu bukan relokasi karena kalau dari Rempang ke Pulau Galang itu kan relokasi beda pulau, tapi kalau dari Rempang ke Rempang itu bukan rekolasi, itu pergeseran,” kata Bahlil saat ditemui di Nusa Dua, Bali, Rabu (20/9/2023).  

Bahlil mengeklaim masyarakat yang terkena dampak rencana revitalisasi Pulau Rempang seluas 17.000 hektare itu sudah menyetujui proposal yang disampaikan pemerintah ihwal pergeseran tempat tinggal saat ini. 

Revitalisasi Pulau Rempang itu akan diarahkan untuk menjadi kawasan yang mencakup sektor industri, perdagangan, hunian, dan pariwisata yang terintegrasi.  Dari 17.000 hektare tersebut, hanya 7.000 hektare yang akan dikelola, sedangkan 10.000 hektare lainnya merupakan kawasan hutan lindung. 

Untuk tahap pertama, pembangunan kawasan industri akan dilakukan pada luas lahan sekitar 2.000-2.500 hektare.  

Inisiatif ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing Indonesia di kawasan Asia Tenggara. Untuk tahap awal, pengembangan kawasan ini sudah diminati oleh Xinyi Group yang akan berinvestasi untuk pembangunan pabrik kaca dan panel surya terintegrasi senilai US$11,5 miliar atau setara Rp174 triliun. 

Di sisi lain, Bahlil menegaskan, pemerintah akan menyiapkan hunian baru untuk 700 kepala keluarga yang terdampak pengembangan investasi di tahap pertama. Rumah type 45 dengan nilai sekitar Rp120 juta tersebut akan dibangun dalam rentang waktu 6 sampai 7 bulan. 

Sementara menunggu waktu konstruksi, warga akan diberikan fasilitas berupa uang dan tempat tinggal sementara.  “Start dimulai sekarang, kan kita sedang melakukan pendataan untuk mereka bisa bergeser, setelah itu langsung dibangun,” kata dia.  

Seperti diberitakan sebelumnya, Badan Pengusahaan (BP) Batam memperpanjang pendaftaran pemindahan warga Pulau Rempang yang terimbas proyek Rempang Eco City dari jadwal semula yang seharusnya berakhir 20 September 2023.  

Hal tersebut diungkapkan Kepala Biro Humas Promosi dan Protokol Badan Pengusahaan (BP) Batam Ariastuty Sirait, Selasa (19/9/2023).   "Pendaftaran pertama tanggal 20 September 2023. Namun yang ini bersifat dinamis, kami mengikuti arahan dari pemerintah pusat saja," katanya di Gedung BP Batam.  

Begitu juga dengan rencana pengosongan tahap pertama, dimana batas akhirnya 28 September 2023. Lagi-lagi, Tuti menyebut masih akan melihat kondisi terbaru, sambil menunggu keputusan dari Jakarta. Sementara itu, ia juga menyebut bahwa jumlah warga yang sudah mendaftar untuk direlokasi baru sekitar 100 KK. "Sudah lebih dari 100 KK yang mendaftar," ungkapnya.


Sumber :

https://ekonomi.bisnis.com/read/20230920/9/1697052/warga-rempang-batal-direlokasi-ke-pulau-galang-bahlil-beberkan-opsi-pabrik-xinyi.

Sunday, September 17, 2023

Sejarah Pulau Rempang Diungkap Peneliti BRIN

Melayu Galang, Orang Darat dan Orang Laut adalah Suku Asli Pulau Rempang 

Pulau Rempang dan Galang yang terletak di Kota Batam, Kepulauan Riau ini, tengah jadi sorotan di Indonesia, buntut polemik lahan dan penolakan relokasi warga. 

Minggu, 17 September 2023

Pulau Rempang dan Galang yang terletak di Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau ini, tengah menjadi sorotan dari berbagai daerah yang ada di Indonesia.  Sebab, ribuan warga dari dua pulau tersebut, sempat terlibat bentrok dengan aparat, saat aksi demonstrasi penolakan relokasi warga Rempang dan Galang. 

Sedikitnya ada 16 titik kampung tua melayu di Pulau Rempang dan Galang yang terancam direlokasi, lantaran adanya rencana pembangunan Kawasan Terpadu Rempang Eco City oleh PT Makmur Elok Graha (MEG). Usut punya usut, 16 titik kampung tua di Pulau Rempang dan Galang ini ternyata memiliki sejarah yang sangat panjang.  

Memang, orang-orang pada umumnya mengetahui bahwa peradaban di Pulau Rempang dan sekitarnya baru ada pada abad ke-19, atau sekitar tahun 1834. Jika ditelusuri lebih dalam lagi, kehidupan di Pulau Rempang, Galang dan sekitarnya sudah ada sejak zaman Kesultanan Melaka, sebuah Kerajaan Melayu yang berpusat di Malaka.  

Hal ini diungkapkan oleh Dedi Arman, seorang Peneliti Sejarah Pusat Riset Kewilayahan-Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). "Banyak yang menyatakan, orang Melayu di Pulau Rempang dan Galang baru ada di tahun 1834. Tapi menurut saya, orang melayu yang berdiam di sana, sudah ada jauh dari tahun tersebut," ujar Dedi, Sabtu (16/9/2023). 

Pada abad ke-19, kata Dedi banyak laporan atau berkas yang menyatakan bahwa pejabat Belanda, Elisha Netscher pernah berkunjung ke Pulau Rempang sekitar tahun 1946.  Kala itu, Pulau Rempang sudah banyak dihuni oleh orang-orang, yang berasal dari suku Melayu Galang, Orang Darat dan Orang Laut. 

Kendati demikian, Dedi tetap keberatan jika peradaban di Pulau Rempang dan sekitarnya disebut baru ada pada abad ke-19.  Ia menyatakan, pada tahun 1722-1818 Pusat Pemerintahan Temenggung Riau Lingga dipindahkan dari Hulu Riau (Tanjungpinang), ke Pulau Bulang (dekat Pulau Rempang dan Galang). 

Menurutnya, ini adalah salah satu bukti bahwa Pulau Rempang, Galang dan sekitarnya sudah lama didiami atau ditinggali oleh orang Melayu Galang, Orang Darat dan Orang laut.  "Artinya di tahun tersebut sudah ada kehidupan di Pulau Rempang dan sekitarnya. 

Kenapa, karena jika ada pusat pemerintahan, harus ada orang atau rakyat. Jadi banyak sekali catata catatan kita, yang menyatakan bahwa orang di Pulau Rempang, Galang dan sekitarnya sudah lama ditinggali," ungkapnya. 

Sementara historis lainnya, pada tahun 1829, Sultan Riau Lingga, Sultan Abdul Rahman memberikan kuasa kepada Raja Isa atau Nong Isa untuk memimpin Nongsa (Pulau Batam, Galang, Rempang dan Sekitarnya). 

Bahkan, tahun tersebut merupakan hari lahirnya Batam. Penyerahan kuasa ini merupakan bukti, bahwa Pulau Batam dan sekitarnya sudah banyak dipadati masyarakat pada tahun 1829.  "Kalau dari cerita rakyat lebih banyak lagi, seperti pada tahun 1837 kapal inggris dibajak di Pulau Galang. 

Ternyata lanun atau bajak laut itu orang Melayu Galang," terang Dedi. Dedi menambahkan, suku laut atau lebih dikenal dengan orang laut, merupakan salah satu suku asli di Pulau Rempang.  Mereka tinggal di pesisir yang tersebar di Pulau Batam Rempang dan Galang (Barelang). 

Sementara Orang Darat, berada di pedalaman Pulau Rempang. "Orang darat adanya di Kampung sadap, dan hanya tinggal beberapa Kartu Keluarga (KK) saja. Jadi menurut saya, yang bisa dibilang suku asli, ya tiga kelompok tadi. Selebihnya pendatang, sejak Jembatan Barelang selesai dibangun pada 1998," tutupnya.


Sumber :

https://www.tvonenews.com/daerah/sumatera/153134-sejarah-pulau-rempang-diungkap-peneliti-brin-melayu-galang-orang-darat-dan-orang-laut-adalah-suku-asli-pulau-rempang?page=all

Monday, April 10, 2023

Batam-Tanjungpinang Dominasi Pelayaran Mudik

Pemprov Kepri: Rute Batam-Tanjungpinang Dominasi Pelayaran Mudik

Senin 10 Apr 2023 14:06 WIB

 

Sejumlah penumpang turun dari KM Kelud yang baru bersandar di Pelabuhan Batu Ampar, Batam, Kepulauan Riau, Ahad (9/4/2023). Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau menyebutkan rute Batam-Tanjungpinang ataupun sebaliknya mendominasi angkutan pelayaran saat mudik Lebaran 2023.

Titik padat mudik dengan moda angkutan pelayaran di Kepri hampir merata.

Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau menyebutkan rute Batam-Tanjungpinang ataupun sebaliknya mendominasi angkutan pelayaran saat mudik Lebaran 2023.

Sekretaris Daerah Provinsi Kepri Adi Prihantara di Batam, Kepri, Senin (10/4/2023), mengatakan, titik padat mudik dengan moda angkutan pelayaran di wilayahnya hampir merata di setiap kabupaten dan kota. "Tapi, hal itu sudah diantisipasi dengan banyaknya kapal cepat (speedboat), kemudian kapal roro yang juga terus ditingkatkan. Jadi, sudah tidak ada masalah lagi," kata Adi.

Ia menambahkan untuk perjalanan pelayaran tujuan Natuna dan Anambas akan mengikuti jadwal kapal yang telah ditetapkan. Sementara, untuk tujuan Lingga dan Karimun masih dapat dijangkau pada H-1 Lebaran.

"Posko mudik Lebaran ada di setiap pelabuhan dibuat, kemudian yang di darat ada beberapa titik yang dibuat, beserta petugas keamanan untuk pemantauan keamanan lalu lintas," ujar dia.

Sebelumnya, Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Khusus Batam Kepulauan Riau mengimbau masyarakat melakukan mudik Lebaran/Idul Fitri lebih awal. Kepala KSOP Khusus Batam M Takwim mengatakan hal tersebut sebagai upaya mengurangi volume penumpang pada saat puncak mudik Lebaran 2023/Idul Fitri 1444 Hijriah.

"Imbauan untuk pemudik, diharapkan mudik lebih awal agar tidak menumpuk. Kemudian dipastikan semua dokumen dan tiket terdaftar, sehingga lebih mudah dipantau dan tidak ada masalah saat berangkat," kata Takwim.

Pihaknya telah melakukan pengecekan 40 unit kapal yang dipastikan siap melayani angkutan Lebaran. Selain itu, juga disiapkan 200 personel yang terdiri atas pihak kepolisian, bea cukai, imigrasi, hingga kantor kesehatan pelabuhan (KKP) dalam angkutan Lebaran 2023.


Sumber :

https://ramadhan.republika.co.id/berita//rsw13k457/pemprov-kepri-rute-batam-tanjungpinang-dominasi-pelayaran-mudik?

Wednesday, March 15, 2023

Sejarah Pulau Batam


Pulau Batam dihuni pertama kali oleh orang melayu dengan sebutan orang selat sejak tahun 231 Masehi. Pulau yang pernah menjadi medan perjuangan Laksamana Hang Nadim dalam melawan penjajah ini digunakan oleh pemerintah pada dekade 1960-an sebagai basis logistik minyak bumi di Pulau Sambu.

Pada dekade 1970-an, dengan tujuan awal menjadikan Batam sebagai Singapura-nya Indonesia, maka sesuai Keputusan Presiden nomor 41 tahun 1973, Pulau Batam ditetapkan sebagai lingkungan kerja daerah industri dengan didukung oleh Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam atau lebih dikenal dengan Badan Otorita Batam (BOB) sebagai penggerak pembangunan Batam. 

Kini menjadi Badan Pengusahaan (BP Batam).Seiring pesatnya perkembangan Pulau Batam, pada dekade 1980-an, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 1983, wilayah Kecamatan Batam yang merupakan bagian dari Kabupaten Kepulauan Riau, ditingkatkan statusnya menjadi Kotamadya Batam yang memiliki tugas dalam menjalankan administrasi pemerintahan dan kemasyarakatan serta mendudukung pembangunan yang dilakukan Otorita Batam (BP Batam).

Di era reformasi pada akhir dekade tahun 1990-an, dengan Undang-Undang nomor 53 tahun 1999, maka Kotamadya administratif Batam berubah statusnya menjadi daerah otonomi, yaitu Pemerintah Kota Batam untuk menjalankan fungsi pemerintahan dan pembangunan dengan mengikutsertakan Badan Otorita Batam (BP Batam).

Sumber :
https://jdih.batam.go.id/?page_id=500#:~:text=Pulau%20Batam%20dihuni%20pertama%20kali,selat%20sejak%20tahun%20231%20Masehi.

Friday, December 24, 2021

Bandara Hang Nadim Batam dan kawasan Batam, Bintan dan Karimun

Pengembangan Bandara Hang Nadim Batam akan Dorong Kawasan BBK

Rabu, 22 Desember 2021 / 11:34 WIB


Pengembangan Bandara Hang Nadim Batam akan mendorong kawasan Batam, Bintan dan Karimun (BBK). Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (BP Batam) menandatangani Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Badan Usaha Pelaksana Proyek KPBU Pengembangan Bandara Internasional Hang Nadim Batam, Selasa (22/12).

Hal tersebut dilakukan untuk pengembangan Kawasan Batam, Bintan dan Karimun (BBK) yang diharapkan mendorong terbukanya akses penerbangan yang langsung. Terutama ke Korea Selatan, China, serta beberapa negara lain. 

Di samping itu, Kementerian Koordinator Perekonomian menyebut, Batam akan dapat menjadi alternatif hub untuk penerbangan internasional, terutama ke Pulau Jawa, Bali, NTB, Sulawesi, Maluku, dan Papua dengan memanfaatkan jaringan bandara yang dioperasikan Angkasa Pura I tersebut.

Jaringan penerbangan internasional dari dan ke Batam dinilai akan mempercepat pemulihan dan pengembangan industri pariwisata di Kawasan BBK. Serta dapat mengefisienkan layanan kargo, yang akan dapat meningkatkan daya saing industri dan mengurangi biaya logistik di Batam. Selain itu, juga dapat mendorong supply chain barang elektronik, baik dari bahan baku maupun produknya sendiri.

“Penandatanganan PKS ini menandai era baru dari proses panjang dalam upaya percepatan pengembangan Bandara Hang Nadim Batam dalam menunjang pengembangan kawasan BBK, serta kawasan regional Indonesia bagian barat, maupun menghubungkan dengan pasar global seperti Korea, Jepang, dan Tiongkok, bahkan bisa menjangkau Amerika Serikat,” jelas Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto dalam keterangan secara virtual, Rabu (22/12). 

Peluang tersebut diyakini akan dapat dicapai dengan memperhatikan kapasitas dan kapabilitas anggota konsorsium. Yakni PT Angkasa Pura I telah mengelola 15 bandara di Indonesia dengan layanan 83,4 juta penumpang dan 556.000 ton kargo pada 2019, Incheon International Airport Corporation yang memiliki superprioritas jaringan rute antar benua dengan 88 maskapai, 52 negara destinasi, dan 173 kota destinasi, dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. yang memiliki portofolio overseas project di Asia dan Afrika.

Airlangga mengatakan, KPBU ini merupakan proyek brownfield dengan nilai investasi sebesar Rp 6,9 triliun dengan masa kerja sama selama 25 tahun. Ia juga mengharapkan KPBU ini dapat memberikan manfaat kepada BP Batam senilai Rp 34,58 triliun.

“Adapun dampak tidak langsung, namun sangat diperlukan, adalah terjadinya peningkatan pelayanan kebandarudaraan dengan target awal untuk lima tahun ke depan, yaitu pelayanan penumpang sebesar 2 kali lipat dan pelayanan kargo sebesar 1,5 kali lipat yang dihitung dengan capaian tahun 2019 sebelum pandemi Covid-19,” ujar Airlangga.

Kekuatan badan usaha konsorsium tersebut diyakini akan dapat menyusun dan menerapkan strategi pengembangan rute yang berorientasi ke global transhipment, yaitu menjadikan Batam sebagai hub logistik nasional.

Batam nantinya akan menjadi gerbang masuk dan keluar Amerika Serikat - Korea Selatan - Batam dan Tiongkok - Batam, Singapore market shifting dengan peningkatan fasilitas dan layanan warehousing, e-commerce fulfillment center dengan target produk ke Tiongkok dan Korea Selatan, serta meningkatkan ekspor produk pertanian dan perikanan dari Indonesia ke mancanegara.

Memperhatikan tujuan dan dampak besar dari pelaksanaan KPBU tersebut, Airlangga mengharapkan, operasionalisasi PKS ini dapat segera dijalankan dalam satu sampai dua bulan ke depan.

"Saya juga berharap proyek Bandara Hang Nadim ini akan dapat menjadi jembatan untuk kerja bersama, maju bersama, dan sejahtera bersama, antara Indonesia dan Korea Selatan,” imbuh Airlangga.


Sumber :

https://nasional.kontan.co.id/news/pengembangan-bandara-hang-nadim-batam-akan-dorong-kawasan-bbk

Tuesday, June 22, 2021

Lokasi Industri Manufaktur Teknologi 5G IoT

Batam Jadi Lokasi Industri Manufaktur dengan Teknologi 5G IoT Pertama di Indonesia

22 JUNI 2021

    


Kehadiran 5G di tanah air masih menjadi hal yang terus menarik untuk dibahas. Bagi sebagian besar masyarakat awam, pada awalnya keberadaan generasi terbaru dari jaringan internet ini dianggap dapat memberikan koneksi yang lebih cepat untuk keperluan hiburan atau aktivitas digital sehari-hari.

5G yang baru saja hadir sejauh ini hanya dinilai mampu untuk memberikan pengalaman streaming atau menonton video dengan kualitas gambar yang tinggi tanpa kendala buffering, atau kemampuan tinggi lain layaknya mengunduh gim dengan kapasitas puluhan GB hanya dalam waktu belasan menit.

Nyatanya, keunggulan yang dibawa oleh teknologi 5G jauh lebih mumpuni dari hal yang disebutkan di atas. Praktisi, pakar, dan pihak yang memahami betul potensi sesungguhnya dari generasi terbaru internet ini sejatinya memiliki target tertentu dari pemanfaatan teknologi 5G, lebih tepatnya untuk penerapan AIoT dan mendukung apa yang selama ini banyak dikenal dengan istilah transformasi digital dan era Industri 4.0.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) dan berbagai operator seluler di tanah air menjadi pihak utama yang paham betul akan potensi 5G bahkan jauh sebelum teknologi tersebut secara resmi dihadirkan secara komersial.

Sedikit kilas balik, beberapa waktu lalu Kemkominfo bersama salah satu operator seluler di tanah air yaitu Smartfren melakukan uji coba 5G pada pita frekuensi tertinggi yang belum pernah digunakan sebelumnya (mmWave), hasil uji coba yang diperoleh pun menunjukkan secara nyata bahwa 5G dapat mengakselerasi keberadaan Industri 4.0 di tanah air lewat kecepatan internet tertinggi yang dimiliki.

Dalam kesempatan itu pula, istilah ‘Dunia dalam Genggaman’ lewat penerapan kecerdasan buatan dan IoT pada sektor industri semakin ditekankan dan menjadi fokus utama dalam pemanfaatan 5G oleh Kemkominfo berdampingan dengan berbagai operator seluler di tanah air.

Bukan Jakarta, nyatanya Batam adalah kota yang mendapat keistimewaan sebagai lokasi di mana penerapan 5G dan IoT pertama kali diterapkan untuk sektor industri. Seakan bersinergi dengan uji coba yang dilakukan oleh Kemkominfo dan Smartfren beberapa waktu lalu, kali ini penerapan secara nyata dilakukan oleh operator lain yaitu Telkomsel dengan Schneider Electric sebagai salah satu pelaku industri yang akan bekerja sama mendukung keberadaan industri 4.0 melalui keberadaan 5G.

Pada tanggal 7 Juni lalu, Telkomsel sejatinya kembali memperluas layanan 5G yang dihadirkan di beberapa wilayah lanjutan yaitu Surabaya, Makassar, Bandung, Denpasar, dan Batam. Khusus untuk wilayah Batam, 5G yang dihadirkan sekaligus menjadi peresmian simbolis dari kolaborasi yang dilakukan untuk mewujudkan industri berbasis teknologi 5G IoT pertama di Indonesia.

Adapun peresmian kolaborasi ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman antara Telkomsel dan Schneider Electric untuk memperkuat kemitraan strategis dalam mempercepat transformasi digital (DX) Indonesia dan Industri 4.0 dengan melaksanakan 5G trial joint collaboration melalui berbagai program.

Sekadars informasi, Schneider Electric yang berlokasi di Batam adalah perusahaan manufaktur terbesar dan diklaim sebagai yang terbaik dalam bidang pendistribusian serta otomatisasi dan kontrol industri.

Plant Director Plant Electronic Schneider Electric Manufacturing Batam, Kodrat Sutarhadiyanto pada kesempatan yang sama juga menyampaikan ungkapan mengenai kesiapan pihaknya menjadi industri pertama yang akan menerapkan teknologi 5G IoT dan berkolaborasi dengan Telkomsel.

“Kami memilih Telkomsel sebagai partner terpercaya dalam mendukung upaya Schneider Electric untuk menjadi yang terdepan di Industri 4.0 di Indonesia, Telkomsel sebagai pihak yang menyediakan solusi berbasis teknologi 5G untuk mengakselerasi transformasi digital pabrik pintar kami di Batam” ungkap Kodrat melansir rilis pada laman resmi Telkomsel.

Pada kesempatan yang sama, pihak Telkomsel dan Schneider Electric Batam juga menjabarkan mengenai teknologi atau program apa saja yang diterapkan melalui kolaborasi yang terjalin. Secara garis besar, ada 3 program berbasis 5G IoT yang siap diaplikasikan dalam operasional industri.

Pertama, menghadirkan fitur live streaming virtual tour pabrik pintar Schneider Electric Batam, sehingga para mitra industri global dapat mengunjungi pabrik pintar dari berbagai belahan dunia. Dengan kemampuan konektivitas yang dimiliki oleh 5G, kemampuan virtual tour ini jelas bisa berjalan dengan baik yang di mana selanjutnya akan meningkatkan kesadaran pelaku industri global akan keberadaan industri tanah air yang sudah mumpuni dan layak diperhitungkan keberadaannya.

Kedua, menghadirkan teknologi EcoStruxure Augmented Operator Advisor, yaitu berupa penerapan augmented reality menggunakan device (tablet) yang terhubung dengan jaringan 5G untuk membantu teknisi dalam aktivitas pemeliharaan jarak jauh. Lewat fasilitas ini, bukan tidak mungkin bahwa kedepannya tingkat efektivitas dan efisiensi di industri manufaktur akan semakin meningkat.

Ketiga, pengaplikasian sistem EcoStruxure Machine Advisor yang menghubungkan perangkat IoT sensor dengan dashboard online yang digunakan untuk memantau operasional proses produksi manufaktur secara real-time.

Melihat kolaborasi awal yang terjalin tersebut, bukan tidak mungkin bahwa kedepannya akan terus bermunculan penerapan industri berbasis teknologi 5G IoT, dengan operator seluler atau penyedia layanan 5G lainnya yang semakin meningkatkan performa industri manufaktur di tanah air dan tak kalah bersaing dengan kecanggihan industri manufaktur yang dimiliki oleh negara lain.


Sumber :

https://www.goodnewsfromindonesia.id/2021/06/22/batam-jadi-lokasi-industri-manufaktur-dengan-teknologi-5g-iot-pertama-di-indonesia

Wednesday, May 5, 2021

Asal-usul Nama Batam

Asal-usul Nama Batam: dari Akronim Batu Ampa dan Batang 

Batam adalah kota terbesar di Provinsi Kepulauan Riau dan merupakan salah satu kota industri di Indonesia yang paling menonjol. Kota Batam sendiri baru dikembangkan awal tahun 1970-an, namun kini telah menjadi salah satu kota metropolis di Indonesia. 

Wilayah Kota Batam terdiri dari Pulau Batam, Pulau Rempang dan Pulau Galang dan pulau-pulau kecil lainnya di kawasan Selat Singapura dan Selat Malaka. Pulau Batam, Rempang, dan Galang terkoneksi oleh Jembatan Barelang. 

Asal-usul nama kota Batam memiliki beragam versi. Hingga kini, belum ada data yang valid yang menjadi argumen pemberian nama Batam. Versinya beragam dan didapatkan dari berbagai sumber, terutama orang-orang lama yang justru berasal dari luar Pulau Batam. 

Dilansir laman resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI,  berbagai versi tentang hikayat Batam salah satu di antaranya disebutkan dalam buku “Patahnya Gunung Daik,” tulisan Drs. Abdul Razak. 

Di buku itu disebutkan bahwa “Batam” merupakan akronim dari “batu ampa,” yang merujuk pada cerita si Badang dan Putri Tumasik yang dikenal dalam khasanah hikayat rakyat Melayu. 

Namun, versi lain menyebut, “Batam” berasal dari kata “Batang.” 

Konon, ketika pertama kali tanah semenanjung tercipta, kawasan itu terkenal sangat labil. Ketika hembusan angin Selatan datang, tanah semenanjung itu diterpa angin kencang. Untuk melindungi kawasan labil itulah, dewa penunggu semenanjung meletakkan berbagai batang kayu yang masih berumbi di Belakang Selatan Semenanjung. 

Dahulu, rumpun batang itu dibentang lagi dengan rumpun batang yang lain. Lalu di bagian Selatan rumpun batang itu di Rempang dan di Galang pula dengan rumpun-rumpun batang lain. 

Pada akhirya, semua itu menjadi asal usul perkataan ‘Bintan,’ ‘Rempang.’ dan “Galang.’ Versi penamaan ‘Batam’ lainnya, tersebutkan pula dalam hikayat “Dari Nongsa ke Pulau Terong,” yang ditulis Abdul Basyid dan Raja Erwan. 

Versi ini menyebut, kata ‘Batam’ berasal dari kata pelanduk putih. Kalau ditilik dari akronimnya, kata ‘Batam’ dan ‘pelanduk putih'. Meskipun tidak memiliki korelasi secara tekstual. Tetapi hikayat ini mampu memperkaya khasanah asal-usul kota Batam. 

Pulau Batam dihuni pertama kali oleh orang Melayu dengan sebutan orang selat sejak tahun 231 Masehi. Pulau ini dulu pernah menjadi medan perjuangan Laksamana Hang Nadim dalam melawan penjajah yang kemudian digunakan oleh pemerintah pada dekade 1960-an sebagai basis logistik minyak bumi di Pulau Sambu. 

Pada dekade 1970-an, sesuai Keputusan Presiden nomor 41 tahun 1973, Pulau Batam ditetapkan sebagai lingkungan kerja daerah industri. Hal ini juga dengan didukung oleh Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam atau lebih dikenal dengan Badan Otorita Batam (BOB) sebagai penggerak pembangunan Batam.


Sumber :

https://www.kompas.com/sains/read/2021/05/03/163100123/asal-usul-nama-batam-dari-akronim-batu-ampa-dan-batang?page=all#page2.

Related Posts