Sunday, April 19, 2015

Jembatan Barelang

SEJARAH SINGKAT JEMBATAN BARELANG

Kuatnya keinginan investor untuk investasi ke Pulau Batam mencapai puncaknya pada akhir 1991. Kala itu pengajuan permohonan investasi baru hanya dapat dipenuhi sekitar 8% dari 1.500 perusahaan yang sedang menunggu di pintu masuk. Fenomena ini membuktikan teori balon yang dicetuskan oleh BJ Habibie selaku aktor utama pengembangan kawasan industri Pulau Batam. Batam yang dianalogikan seperti balon mulai kepenuhan, sehingga pemerintah perlu bersiap-siap untuk meniup balon berikutnya.

Ir. Gunawan Hadisusilo yang kala itu menjabat sebagai Asisten 1 Bidang Umum Ketua otorita Batam dan beberapa staf lainnya, Bj Habibie berkeliling menelusuri gugusan Kepulauan Batam, Rempang dan Galang (Barelang) dengan menggunakan helikopter. Dengan telunjuknya, Habibie menarik garis untuk menghubungkan pulau Batam hingga ke pulau Galang Baru ke arah Selatan. Ide untuk membuat jembatan penghubung plus jalan trans Trans Barelang kemudian tercetus. Ir Gunawan yang ditunjuk sebagai ketua tim pembangunan jembatan Barelang segera menerjemahkan konsep Bj Habibie dengan menyusun desain dan kerangka teknisnya.


Sebagai tindak lanjut pengembangan lingkungan kerja Daerah Industri Pulau Batam ke wilayah Rempang dan Galang, maka dibentuklah tim kerja. Yaitu pembuatan detail jalan dan jembatan ditunjuk tim LAPl-ITB sementara untuk pembuatan Master Plan Barelang ditunjuk tim LEMTEK-UI, dan untuk evaluasi dampak sosial dilakukan oleh Universitas Gajah Mada (UGM). Proyek pembuatan enam jembatan antarpulau yang dibidani oleh Ir Gunawan ini merupakan proyek jembatan pertama kali yang dilaksanakan di Indonesia, khususnya dalam hal teknologi, apalagi mulai dari desain, pelaksanaan dan pengawasan dilaksanakan oleh putera-puteri Indonesia dengan menelan biaya lebih dari Rp 400 miliar. Biaya yang dihabiskan ini tampaknya sangat sebanding jika dilihat dari kemegahan jembatan kokoh ini.

Keenam jembatan ini dimulai pembangunannya pada oktober 1993 dan selesai secara bertahap pada tahun 1996 hingga 1998.
Ir. Gunawan sebagai salah satu arsiteknya, telah membuktikan kemampuannya dalam me manage pengerjaan jembatan ini hingga rampung. Jembatan Barelang kini menjadi ikon dan landmark Pulau Batam, namun nama Ir Gunawan hanya terdengar lamat-lamat, nyaris tak tersebut apalagi diabadikan Lokasi Jembatan Barelang terletak sekitar 20 kilometer dari pusat kota Batam, provinsi Kepulauan Riau, Indonesia.

Jembatan Barelang terdiri dari enam buah jembatan yang menghubungkan tiga pulau besar dan beberapa pulau kecil yang termasuk dalam provinsi Kepulauan Riau. Nama Barelang sendiri merupakan kepanjangan dari Batam-Rempang-Galang. Batam-Rempang-Galang adalah nama tiga buah pulau besar yang dihubungkan oleh jembatan ini.

Jembatan dengan total panjang 2.264 meter ini terdiri dari rangkaian enam jembatan yang masing-masing diberi nama raja yang pernah berkuasa pada zaman Kerajaan Melayu Riau pada abad 15-18 Masehi.

1. Jembatan Barelang 1/ Jembatan Tengku Fisabilillah. 
Jembatan berjenis Cable Stayed ini adalah jembatan yang paling dikenal oleh masyarakat. Jembatan ini menghubungkan Pulau Batam dengan Pulau Tonton dan memiliki panjang 642 meter lebar 21,5 meter dan tinggi 350 meter. Konon ada yang mengatakan bahwa struktur dan model jembatan ini mirip dengan golden gate-nya San Fransisco USA.. tampaknya benar sekali.

2. Jembatan Barelang 2/ Jembatan Narasinga.
Jembatan yang berjenis Concrete Box Girder ini menghubungkan Pulau Tonton dengan Pulau Nipah, berbentuk lurus tanpa lengkungan dan memiliki panjang 420 meter, lebar 15 meter dan tinggi. 160 meter Tidak kalah megahnya dengan Jembatan sebelumnya.

3. Jembatan Barelang 3/ Jembatan Ali Haji 
Jembatan yang berjenis Concrete Box Girder menghubungkan Pulau Nipah dengan Pulau Setokok dan memiliki panjang 270 meter, tinggi 45 meter, dan lebar 15 meter.

4. Jembatan Barelang 4/ Jembatan Sultan Zainal Abidin
Jembatan yang juga berjenis Concrete Box Girder ini menghubungkan Pulau Setokok dengan Pulau Rempang dan memiliki panjang lebar tinggi 365 x 18 x 145 meter.

5. Jembatan Barelang 5/ Jembatan Tuanku Tambusai 
Jembatan yang berjenis Pelengkung ini menghubungkan Pulau Rempang dengan Pulau Galang dan memiliki panjang tinggi lebar 385 x 245 x 31 meter.

6. Jembatan Barelang 5/ Jembatan 
Jembatan yang juga berjenis Concrete Box Girder ini menghubungkan Pulau Galang dengan Pulau Galang Baru dan memiliki panjang tinggi lebar 180 x 45 x 9,5 meter.
Jembatan keenam ini sangat dikenal karena nilai sejarah dari pulau yang dihubungkannya. Di Pulau Galang ini pernah dijadikan tempat penampungan sedikitnya 250.000 pengungsi dari Vietnam pada tahun 1975-1996. Kisah ini dimulai 19 Aprik 1975, saat pecah perang saudara di Vietnam. Perang yang berlangsung panjang pada akhirnya selalu menyebabkan kesengsaraan.

Masyarakat umum yang sering tidak mengerti apa-apa akhirnya yang selalu menjadi korban. Untuk menyelamatkan diri, daripada bertahan di Vietnam. Bekas tempat pengungsian yang berada di Desa Sijantung, Kecamatan Galang ini masih menyisakan benda-benda atau bangunan-bangunan peninggalan para pengungsi. Peninggalan yang kaya dengan nilai sejarah ini, tidak ada yang mau melewatkannya dan telah membuat takjub banyak orang. Semua benar-benar ada dan nyata di sini.

Pemerintah Kota Batam menjadikan Jembatan Barelang sebagai simbol kota dan juga ikon untuk program Visit Batam 2010. Tertarik ke pulau Batam, jangan lewatkan berkunjung ke “ikon”nya kota Batam.

Oleh masyarakat Batam, Jembatan Barelang ini tidak hanya difungsikan untuk menghubungkan beberapa pulau saja. Namun, jembatan ini juga digunakan untuk bersantai dan melepas lelah. Maka tak heran, jika pada akhir pekan ataupun hari libur, suasana ramai dapat ditemui di jembatan ini. Banyak orang yang duduk santai sambil menikmati pemandangan laut dari atas jembatan atau memancing ikan. Selain itu, jembatan ini juga turut menarik perhatian para wisatawan dari luar Batam, karena bentuknya yang megah, menyerupai Golden Gate, yang ada di San Francisco, Amerika Serikat.

Jembatan Tengku Raja Haji Fisabilillah merupakan jembatan yang paling terkenal dibanding lima jembatan lainnya, karena menggunakan konstruksi cable stayed. Kabel-kabel baja besar digunakan sebagai pengikat jembatan. Ujung-ujung kabel terikat di tepi jalan dengan jarak tertentu, lalu ujung lainnya terkumpul pada satu titik di atas puncak tonggak beton setinggi 200 m. Dari kejauhan, bentuk jembatan ini akan tampak seperti jaring raksasa berbentuk segitiga. Namun, ketika semakin mendekat, bentuk jembatan ini akan mengingatkan pengunjung pada Golden Gate. Berdiri di jembatan ini, dan menghadap ke arah jembatan kedua, pengunjung dapat melihat pemandangan yang indah: hamparan laut dan juga pulau-pulau kecil yang ada di sekitar kedua pulau ini.

Jika wisatawan ingin berfoto dengan latar belakang Golden Gate a la Batam, maka lanjutkanlah perjalanan ke Jembatan Narasinga. Karena dari sini merupakan tempat paling cocok untuk berfoto dengan latar belakang jembatan pertama tersebut. Selain itu, dari jembatan ini pula, pengunjung dapat melihat sebuah pulau yang sangat kecil tidak berpenghuni, dan hanya terdiri dari bebatuan yang mulai terkikis air laut.

Selain jembatan pertama, jembatan yang juga terkenal adalah jembatan keenam, Raja Kecil. Jembatan ini dikenal karena nilai sejarah dari pulau yang dihubungkannya. Di Pulau Galang ini pernah dijadikan tempat penampungan 250.000 pengungsi dari Vietnam, pada tahun 1975-1996. Bekas tempat pengungsian yang berada di Desa Sijantung, Kecamatan Galang ini, masih menyisakan benda-benda maupun bangunan-bangunan peninggalan para pengungsi, seperti, gereja, pagoda, vihara, kuburan massal, ataupun bekas perahu-perahu kayu. Jadi, setelah melewati keseluruhan rangkaian Jembatan Barelang ini, maka setiba di Pulau Galang, pengunjung dapat melihat sisa-sisa peninggalan bersejarah dari kamp pengungsian tersebut.

Jembatan Barelang terletak sekitar 20 km dari pusat Kota Batam. Agar dapat lebih menikmati perjalanan di jembatan ini, anda disarankan untuk menggunakan kendaraan pribadi. Namun, jika tidak memiliki kendaraan pribadi, Anda dapat menggunakan Metro Trans (angkutan umum di Kota Batam) dengan tarif antara Rp 3.000,00—Rp 5.000,00. Atau, pengunjung juga dapat menyewa taksi yang banyak melintas di sekitar jembatan. Biaya sewa taksi memang akan lebih mahal dari pada bus, namun pengunjung bisa lebih santai untuk menikmati perjalanan ini.

Untuk berjalan-jalan di sepanjang jembatan ini, pengunjung tidak dipungut biaya apapun. Di kedua ujung jembatan pertama terdapat banyak warung yang menyediakan aneka makanan dan minuman. Jadi, jika merasa lelah para pengunjung dapat beristirahat sejenak di warung-warung ini. Saat ini ada restaurant dan kelong yang menyediakan makanan laut (sea food).

Di akhir pekan ataupun hari-hari libur, di sepanjang jembatan ini akan banyak ditemui pedagang kaki lima yang menjajakan beragam jenis minuman dan makanan, seperti es kelapa muda, jagung bakar, dan peyek udang. Selain itu, ada juga penjual bensin eceran dan juga tukang tambal ban dadakan. Siapa tahu, dalam menyusuri jembatan, pengunjung kehabisan bensin.
Nah, bagi rekan-rekan yang berkunjung ke batam, jangan lupa utk mengunjungi tempat ini.


Sumber :
https://www.facebook.com/wajahbatamfanpage/videos/964802903538231/?fref=nf

Related Posts