Mengintip "Silicon Valley Indonesia" di Batam
23 FEBRUARI 2020
Batam adalah salah satu pulau dalam gugusan Kepulauan Riau. Batam merupakan sebuah pulau di antara 329 pulau yang terletak antara Selat Malaka dan Singapura yang secara keseluruhan membentuk wilayah Batam. Karena langkanya catatan tertulis dari pulau ini, maka hanya ada satu literatur yang menyebut nama Batam, yaitu Traktat London yang mengatur pembagian wilayah kekuasaan antara Belanda dan Inggris. Namun, menurut para pesiar dari China, pulau ini sudah dihuni sejak 231 M ketika Singapura masih disebut Pulau Ujung.
Pada tahun 1970-an Batam mulai dikembangkan sebagai basis logistik dan operasional untuk industri minyak dan gas bumi oleh Pertamina. Kemudian berdasarkan Kepres No. 41 tahun 1973, pembangunan Batam dipercayakan kepada lembaga pemerintah yang bernama Otorita Pengembangan Industri Pulau Batam atau sekarang dikenal dengan Badan Pengusahaan Batam (BP Batam). Dalam rangka melaksanakan visi dan misi untuk mengembangkan Batam, maka dibangun berbagai insfrastruktur modern yang berstandar internasional serta berbagai fasilitas lainnya, sehingga diharapkan mampu bersaing dengan kawasan serupa di Asia Pasifik.
Berbagai kemajuan telah banyak dicapai selama ini, seperti tersediannya berbagai lapangan usaha yang mampu menampung angkatan kerja yang berasal hampir dari seluruh daerah di tanah air. Kini, Batam yang telah berkembang pesat dengan jumlah penduduk hampir 1.3 juta jiwa, bahkan pasti tidak terbayangkan bahwa kota ini dahulu adalah rerawa-gugusan belukar, bahkan daerah hitam dengan penduduk hanya ribuan yang tinggal di pesisir pantai.
Pulau Batam secara geografis memiliki letak yang sangat strategis, berada di jalur lalu lintas perdagangan internasional Selat Malaka yang merupakan jalur perdagangan internasional tersibuk kedua setelah Selat Dover di Inggris.
Posisinya juga sangat strategis hanya 20 km atau 12,5 mil laut dari Singapura, dengan jarak tempuh hanya 45 menit melalui jalur laut, dengan aksesibilitas yang mudah ke negera lainnya di belahan dunia.
Pada 2009, Batam menjadi salah satu Zona Perdagangan Bebas di Indonesia. Pulau-pulau yang termasuk dalam zona ini adalah Batam, Bintan dan Karimun yang berada di salah satu rute pengiriman dunia antara Singapura dan Sumatera.
Sebagai Zona Perdagangan Bebas, pengusaha yang berinvestasi di Batam dibebaskan dari bea impor, pajak penjualan, PPN, pajak barang mewah, dan pajak saat memiliki insentif ekspor jika membuat produk langsung di Batam.
Sejak perekonomian global bergerak menuju digitalisasi, Batam sekarang memanfaatkan kekuatan dan keuntungan dari Zona Perdagangan Bebasnya yang sudah ada dengan mendigitaliasi industri-industri kuat yang ada di pulau ini, seperti pembangunan kapal serta minyak dan gas.
Batam yang terletak di Provinsi Kepulauan Riau disinyalir menjadi kawasan yang paling strategis dalam mendukung pengembangan kawasan digital ekonomi di Indonesia. Pasalnya, lokasi Batam terletak tak jauh dari Singapura. Pertengahan tahun lalu, Sinar Mas Land berkomiten membangun ekosistem kota pintar berbasis teknologi di kota Nongsa, Batam. Proyek ini untuk mengembangkan “Jembatan Digital” yang menghubungkan Indonesia dan Singapura. Dalam proyek ini, Sinar Mas Land pun menggandeng Citra Mas Group untuk membangun Nongsa D-Town di jantung kota Batam sebagai destinasi generasi muda dalam membangun industri, kreativitas, dan konektivitas di bidang ekonomi digital.
Nongsa sendiri kini telah menjelma menjadi pusat digital di Batam. Terletak di kawasan ekonomi khusus dengan luas tak kurang dari 180 hektare, Nongsa Digital Park (NDP) baru 2 tahun beroperasi. NDP disiapkan menjadi sarana mengembangkan bisnis digital di Indonesia dan global. Kawasan terpadu ini selain mempekerjakan para kreator digital juga menyediakan fasilitas teknologi informasi mutakhir. Di antaranya jaringan optik berkecepatan tinggi dan pusat data yang dapat dijadikan server bagi perusahaan digital.
Kawasan Ekonomi Digital Nongsa
Kawasan NDP, kata Peters Vincent, Direktur NDP, tak ubahnya silicon valley-nya Indonesia yang berlokasi di Batam. Lokasinya di ujung timur Pulau Batam, yang hanya 35 menit ke Singapura dengan kapal ferry dan sekitar 10 kilomter dari Bandar Udara Internasional Hang Nadim. Sebutan silicon valley meniru kawasan tempat berkumpulnya perusahaan teknologi digital tingkat dunia di San Fransisco, Amerika Serikat. Perusahaan raksasa digital yang bercokol di sini seperti Google, Facebook, Youtube, Apple, Yahoo hingga HP. “Fasilitas NDP yang lengkap juga nyaman bagi technoprenuer,” kata Peters menambahkan.
Industri kreatif NDP bisa terbilang cepat meraih sukses di bidang digital. Ini terbukti dari sejumlah produk animasi yang mendapat pengakuan internasional. Di antaranya penghargaan AMI Award. Sedangkan film animasi yang digarap orderan dari perusahaan asing terus mengalir.
Beberapa film-film animasi yang digarap oleh para kreator di NDP. Ada Munki and Trunk, Sonic Boom, Vamparina, Zack and Quack, Shutterbug, Tatsumi, Octonauts, Peter Rabit, Garfield dan masih banyak lagi.
Pemerintah Indonesia dan Singapura juga sepakat untuk menindaklanjuti kerja sama terkait pengembangan Nongsa Digital Park guna memperkuat perekonomian kedua negara. Kedua negara sepakat untuk mengembangkan Nongsa Digital Park (NDP) di Batam. Kawasan ini akan menjadi basis bagi pelaku industri kreatif di bidang digital seperti pengembangan startup, web, aplikasi, program-program digital, film, dan animasi.
Sumber :
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2020/02/23/mengintip-silicon-valley-indonesia-di-batam